Entah mulai kapan jawab mudik ialah event massal pulang kampung saat lebaran di Indonesia. Konon, aktifitas mudik ini sudah ada sejak zaman kolonial Belanda ratusan tahun silam.
Mudik atau udik ialah bahasa lokal Betawi yang artinya kampung atau kampungan. Akrab dan diasosiasikan yaitu pulang menuju kampung artikel yang jauh dari perkotaan. Makanya pada bumi sosiologi mudik atau pulang kampung ialah dampak dari urbanisasi.
Kaum urban yang menggilai kerja serta penghidupan dunianya di perkotaan merupakan pusat bisnis nyatanya sangat bakal kembali ke kampung di seorang momen yang dianggap jitu. Semacam ucap pepatah menjelaskan: "you can take a man from a village but you can not take a village from a man."
Kampung artikel akan selalu dihati juga dirindu ke mana juga kaum urban pergi mencintai sesuap nasi. Sesukses apa pun seseorang, sebuah saat dia akan kembali ke kampungnya. Di Indonesia, salah satu ketika yang hebat untuk pulang ke kampungnya ialah mudik lebaran. Saat semua teman dengan kerabat dan pulang menuju rumah yang sejenis serta rasa yang sama rata.
Sepenting itukah mudik ketika lebaran? Bagi orang Indonesia yang tidak diragukan lagi sifat primordialismenya, jelas mudik ialah suatu yang menentukan. Bagaimana nilai tradisi serta budaya dari lingkungan pertamanya merupakan sebuah yang penting dalam hidupnya, maka bukan heran kampung adalah suatu yang menentukan dengan.
Justru di kampung halamanlah tempat kamu menyatakan jati diri kamu, termasuk ukuran kesuksesan duniawi ditancapkan. Ceria lebaran merupakan saat dan bangga bisa berbagi rezeki serta berita tentang kehidupan urban yang dijalaninya menurut keluarga handai dengan sobat. Ketika - saat seperti ini mampu digambarkan layaknya seorang pangeran yang sedang membangun istana megah dalam kampung kelahirannya yang nun jauh dari pusat kerajaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar